عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ - متفق عليه
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia tidak menyakiti tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia bertakat-kata yang baik atau hendaklah ia diam.” (HR. Bukhari & Muslim)
Terdapat beberapa hikmah yang dapat dipetik dari hadits di atas, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Islam merupakan agama fitrah yang menjunjung tinggi nilai dan etika dalam kehidupan sehari-hari. Dan demikian pentingnya etika dalam Islam, hingga Rasulullah SAW mengkategorikan etika (baca ; akhlak) sebagai “faktor” yang paling banyak untuk dapat mengantarkan orang ke dalam syurga :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ الْفَمُ وَالْفَرْجُ - رواه الترمذي
Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW ditanya tentang yang paling banyak masuk syurga, beliau menjawab, ‘Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.’ Kemudian beliau ditanya tentang yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka, beliau menjawab, ‘Lisan dan kemaluan.’ (HR. Turmudzi)
2. Diantara etika atau akhlak yang baik adalah etika dalam bertutur kata atau berbicara. Allah SWT bahkan menjadikannya sebagai “perintah” yang wajib untuk dilakukan oleh setiap hamba-Nya, dimanapun dan kapanpun, bahkan terhadap siapapun. Apakah di rumah terhadap keluarganya, di kantor terhadap rekan kerja, atasan atau bawahannya, di masyarakat terhadap tetangganya, dsb. Artinya bahwa bertutur kata yang baik, seharusnya menjadi jati diri bagi setiap muslim. Apabila diibaratkan dengan sebuah pohon, maka bertutur kata yang baik adalah seperti buahnya, yang memberikan manfaat kepada siapapun. Allah SWT berfirman (QS. Al-Ahzab : 70 – 71):
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا* يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta`ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.
3. Bertutur kata yang baik bukan hanya sebagai satu kewajiban, namun lebih dari itu, ia memiilki dampak positif bagi setiap muslim, (sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Ahzab : 70 – 71) di atas. Diantaranya adalah sebagai berikut :
- a. Allah SWT akan menjadikan orang yang berutur kata dengan baik, bahwa amalnya akan diperbaiki oleh Allah SWT. Menurut Ibnu Katsir firman Allah ( يصلح لكم أعمالكم ) maknanya adalah ( يوفقهم للأعمال الصالحة ) Allah akan menunjukkan mereka pada amal-amal shaleh. Atau memudahkan mereka untuk melakukan amal shaleh.
- b. Akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT.
- c. Mendapatkan kemenangan yang besar (syurga). Ibnu Katsir mengatakan bahwa yang dimaksud adalah diselamatkan dari Azab Allah SWT serta dihantarkan ke dalam keni'matan yang langgeng (syurga).
4. Kebalikan dari berturur kata yang baik adalah berkata-kata yang kasar dan atau kotor. Indikasi dari suatu perkataan itu baik atau tidak adalah bahwa perkataan kita tidak menjadikan orang lain sakit hati, tersinggung, marah dan kecewa. Maka jika diperhatikan dalam hadits di atas :
‘Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia bertakat-kata yang baik atau hendaklah ia diam.”
Ertinya bahawa diamnya seseorang yang khuatir salah ucap yang mengakibatkan “ketersinggungan” orang lain, adalah jauh lebih baik di bandingkan dengan orang yang “memaksakan diri” untuk berbicara, sementara isi pembicaraannya menyinggung, atau menyakiti hati orang lain.
5. Hadits di atas juga menggambarkan keterkaitan antara bertutur kata yang baik dengan iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Hal ini menggambarkan bahwa ternyata apapun yang kita ucapkan kelak akan dimintai pertanggung jawaban dari Allah SWT. Oleh kerananya, hendaknya setiap kita harus berusaha untuk memilih dan memilah ketika bertutur kata. Allah SWT. berfirman :
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaaf : 18)
6. Perkataan yang tidak baik akan mengakibatkan “hilangnya” pahala amal soleh seorang. Dalam sebuah riwayat dikisahkan sebagai berikut :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ، فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ - رواه مسلم
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, 'Tahukah kalian siapakah orang yang muflis (bangkrut) itu? Para sahabat menjawab, 'Orang yang muflis diantara kami adalah orang yang tidak punya dirham dan tidak punya harta.' Rasulullah SAW bersabda, 'Orang yang muflis dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, namun ia juga datang (membawa dosa) dengan mencela si fulan, menuduh si fulan, memakan harta ini dan menumpahkan darah si ini serta memukul si ini. Maka akan diberinya orang-orang tersebut dari kebaikan-kebaikannya. Dan jika kebaikannya telah habis sebelum ia menunaikan kewajibannya, diambillah keburukan dosa-dosa mereka, lalu dicampakkan padanya dan ia dilemparkan ke dalam neraka. (HR. Muslim)
Assalammualaikum,,sesungguhnya hati,lidah dan akal kita sering kali bertingkah,,akal kadangkala hilang kewarasan,,hati pula sering melencong mencari arah manakala lidah kita pula acap kali menjadi tajam bak mata pedang..lantaran itu sucikan hati,bersihkan akal dan tumpilkan lidah dengan kalamullah..
BalasPadamwa alaikumsalam Puan,
Padamitulah lidah dengan sikapnya :)